bocah ini bernama Maha, beberapa hari lalu, setelah hampir dua tahun hanya mendengar cerita tentang anak ini dari bapak maha pak Bobhy dan oomnya maha oom Aswing, saya akhirnya berkesempatan bertemu dengan Maha. Maha, dan Ibunya juga, sedang berkunjung ke Yogyakarta untuk wisuda pasca sarjana si bapak yang lalu menyempatkan mampir di LIBSTUD. Maha, si orang Bone ini sekarang sudah 3 tahun. tulisan di bawah gambar ini adalah tulisan saya untuk ulang tahunnya yang pertama, terangkum dalam sebuah buku 'maha tanpa huruf kapital' terbitan Kedai Buku Jenny - Makassar.
Anak maha
Anak maha, kau lahir kira-kira di masa di mana di sana hal-hal yang akan saya tuliskan terjadi. Tidak berarti apa-apa, hanya saja aku yakin, saat kau besar nanti, kau akan hidup di dunia yang sudah pasti berbeda dengan apa yang aku hidupi saat ini, dunia yang sejatinya gelap walau matahariku dan mataharimu adalah matahari yang sama terangnya, dunia yang terasa tidak lagi romantis walau bulanku dan bulanmu adalah bulan yang sama syahdunya, dan dunia yang sebegitu anehnya, walau alam semestaku dan alam semestamu adalah alam semesta yang sama. Hal demi hal ini ku alami, ku hidupi, ku menjadi bagiannya, tapi sesekali aku tertawai.
di masa kau terlahir, orang-orang seakan berlari terburu-buru ke arah yang sama, tapi bertabrak-tabrakan, saling menginjak dan tidak menghiraukan. Arah yang di lambing mata angin tidak tertera. Arah yang di warisan-warisan kebajikan tidak tertera. Arah yang ternyata tidak ada yang tau itu dimana. Maka di masa kau terlahir, adalah masa maha chaos.
di masa kau terlahir, orang-orang mempercayai Tuhan pencipta alam semesta sebagai mitos. Yang membuat orang-orang menghentikan mesin2nya, turun dari pelananya, tertegun, tersenyum dan bahkan menangis saat ceritannya di dongengkan. Lalu saat dongengnya usai, mereka mulai lapar, lalu mereka menyalakan mesin-mesin itu lagi meloncat lagi ke pelananya, lalu berputar gila dan menggerus rakus lagi. maka di masa kau terlahir, adalah masa maha tak tau malu
di masa kau terlahir, orang-orang tidak bertegur sapa seperti manusia. Setiap orang mempunyai wakil berupa angka atau kode yang dengannya setiap orang bisa menjadi siapa saja yang bukan dirinya, dan bertemu dengan siapa saja yang sebenarnya tidak ada. Wakil bertemu wakil, kode bertemu kode. Daging bertemu daging tidak lagi penting, hati bertemu hati tidak lagi sejati. Maka di masa kau terlahir, adalah masa maha palsu
di masa kau terlahir, orang-orang berlomba menuju masa depan yang cerah. Perlombaan ini sampai pada puncak prosesinya. Setiap orang seakan berhak menggengam dunia yang sangat luas tak berbatas ini dengan telapak tangan dan ujung-ujung jarinya. Sebegitu hebatnya sampai membuat orang-orang kegirangan dan heran, lupa berkedip, lupa menoleh, lalu tidak sadar bahwa mereka hanya melihat satu titik kecil dan melupakan sisa luasnya semesta. Maka di masa kau terlahir, adalah masa maha sempit.
di masa kau terlahir, orang-orang hidup di bawah matahari yang bersinar sempurna, sesempurna mataharimu sekarang, menerangi setiap jimpit ruang yang kita jejaki. Tapi tetap saja orang-orang menyampar dan menendang apa-apa yang mereka temui. Sepertinya sengaja sekali orang-orang ini memejamkan mata dan tidak mau terkaruniai dengan melihat lalu menghargai. Maka di masa kau terlahir, adalah masa maha gelap.
di masa kau terlahir, orang-orang dengan hidup sempurna tercontoh rapi di kotak dengan ukuran diagonal dalam inci, bercahaya dan bersuara. Menangkap dan menyiarkan pesan-pesan yang beragam rupa dan cara, yang pada akhirnya tersimpulkan: beli, beli, beli dan beli. Jika tidak mampu mengikutinya, maka terlemparlah kita di intipnya kasta, yang berarti hina. Maka di masa kau terlahir, adalah masa maha beli.
di masa kau terlahir, orang-orang bersepakat bahwa ajaran terpopuler adalah membenci. Ajaran ternorak adalah mencintai. Batu, parang dan peluru adalah jajanan laris manis. Cium dan peluk adalah jualan yang tidak pernah laku lagi. semakin kau membenci, semakin kau diakui. Semakin kau mencintai, semakin kau dijauhi. di masa kau terlahir, adalah masa maha benci.
di masa kau terlahir, orang-orang tersediakan jalan dan jembatan dibangun panjang bercabang-cabang, halus dan kokoh. Siap menghantarkan setiap orang kemana saja. Tapi ada satu jalan yang sangat diminati, berjubellah orang-orang disitu. Adalah jalan pintas. Karena setapak demi setapak adalah buang waktu bukan lagi proses, karena belokan dan tanjakan adalah kebingungan yang memutusasakan bukan lagi tantangan, bagi orang-orang yang tidak mampu berfikir panjang. Maka di masa kau terlahir, adalah masa maha pendek.
di masa kau terlahir, orang-orang berparas murung, tapi berucap ‘aku gembira’. di masa kau terlahir, menjadi bahagia sebegitu rumitnya..
di masa kau terlahir, aku tertawa-tawa atas apa yang aku lihat. Aku berjalan berlawanan arah, menantang arah orang-orang ini. Di persimpangan besar nan ramai yang selalu aku temui setiap beberapa meter langkah kaki ini, aku bersenggolan dengan orang-orang ini, kadang berjabat tangan, bahkan berpelukan dengan meraka. Sesekali melihat orang lain yang adalah ternyata adalah aku sendiri, berada di kerumunan itu.
Anak maha, jangan lepaskan gandeng tangan bapak maha dan ibu maha, pilihlah jalanan yang sepi seperti apa yang bapak dan ibu maha juga pernah pilihkan untuk beliau berdua sendiri. Sepi membuatmu punya ruang dan waktu yang lebih untuk dirimu sendiri lalu menjadi. Menjadi tidak seperti orang-orang di kerumunan tadi. Tidak juga sepertiku.
Selamat ulang tahun anak maha.. semoga menjadi..
Jogja, Desember 2011
Oom farid
keren sumpah ini om...:)
BalasHapusnice..
salam kenal dari mahasiswa uny p. seni rupa :)
@gigend
Jleb....langsung keno telak
BalasHapusWell written. Maha bravo!
BalasHapusEdannn mak jleb than ning ati.
BalasHapusAaakkkk ini sih yg paling paling
BalasHapusNulis lagi dong masss
BalasHapusKerennn....aku jg sama jln yg aku pilih sama jln om Farid...TDK akn ikut sama orang 2 yg berbondong 2 ke arah yg sama...krna aku pny jln sendiri yg aku yakini
BalasHapus